HealthDay News, 8 Januari 2025 – Konsumsi minuman manis telah menjadi salah satu penyebab utama peningkatan kasus diabetes tipe 2 dan penyakit jantung di seluruh dunia. Penelitian terbaru yang dipublikasikan pada 6 Januari di jurnal Nature Medicine menyebutkan bahwa lebih dari 2 juta kasus baru diabetes tipe 2 dan 1,2 juta kasus baru penyakit jantung setiap tahunnya berhubungan dengan konsumsi minuman yang mengandung gula.
Negara-negara seperti Kolombia, Meksiko, dan Afrika Selatan termasuk yang paling terdampak. Di Kolombia, hampir 50% dari semua kasus diabetes baru dikaitkan dengan konsumsi minuman manis. Di wilayah Sub-Sahara Afrika, minuman manis menyumbang lebih dari 21% kasus baru diabetes, sementara di Amerika Latin dan Karibia, angka tersebut mencapai 24% untuk diabetes dan lebih dari 11% untuk penyakit kardiovaskular.
Mengapa Minuman Manis Sangat Berbahaya?
Minuman manis memiliki kalori tinggi namun hampir tidak memberikan nilai gizi. Karena mudah dicerna dan sering dikonsumsi dalam jumlah besar sebelum rasa kenyang muncul, minuman ini memicu peningkatan berat badan, resistensi insulin, dan masalah metabolik lain yang berhubungan dengan diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
“Minuman manis ini tidak hanya murah dan mudah diakses, tetapi juga dipasarkan secara agresif, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” ujar Dr. Dariush Mozaffarian dari Tufts University’s Food is Medicine Institute. Ironisnya, masyarakat di wilayah-wilayah ini sering kali kurang siap untuk menangani konsekuensi kesehatan jangka panjang akibat konsumsi minuman manis.
Solusi: Kebijakan dan Edukasi Publik
Para pakar kesehatan menyerukan tindakan mendesak untuk mengurangi konsumsi minuman manis secara global. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah pengenaan pajak terhadap produk ini. Di beberapa kota di Amerika Serikat, seperti Seattle dan Philadelphia, harga minuman manis yang lebih tinggi berhasil menurunkan konsumsi, bahkan berdampak pada penurunan rata-rata BMI pada anak muda.
Langkah-langkah lain, seperti kampanye edukasi kesehatan publik dan pembatasan iklan minuman manis, juga penting. Misalnya, di Sub-Sahara Afrika, merek minuman manis sering kali diasosiasikan dengan gaya hidup Barat, yang menarik bagi konsumen berpendidikan. Upaya untuk membatasi pengaruh iklan semacam ini dapat membantu mengurangi konsumsi.
Keberhasilan di Beberapa Negara
Lebih dari 80 negara telah mengadopsi langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi minuman manis, termasuk pajak soda, pembatasan pemasaran, dan label produk yang mendidik konsumen. Di Amerika Latin dan Karibia, konsumsi soda mulai menurun berkat kebijakan ini. Meskipun tantangan tetap besar, contoh-contoh keberhasilan ini memberikan harapan untuk mengatasi krisis kesehatan global yang dipicu oleh minuman manis.
Sumber: HealthDay