Pengantar
Pada webinar yang digelar oleh FHI 360, para ahli dari berbagai negara berbagi pengalaman dan solusi untuk mengatasi stigma dan diskriminasi terkait HIV di layanan kesehatan. Acara ini menjadi bagian dari seri webinar “Key Populations: Evidence in Action,” dan menyoroti praktik terbaik di Kenya, Tanzania, Lebanon, Thailand, dan negara lainnya.
Tantangan dan Solusi Global
Cedric Nininahazwe dari Global Network of People Living with HIV membuka sesi dengan menyebutkan bahwa stigma adalah hambatan utama dalam mengakses layanan HIV. Berdasarkan data dari lebih dari 30.000 orang yang hidup dengan HIV, 34% responden melaporkan pengalaman diskriminasi saat mencari perawatan. Cedric menekankan pentingnya kolaborasi global untuk mencapai target penurunan stigma di bawah 10% pada tahun 2025.
Kerangka Teknis WHO
Erica Spielman dari WHO mempresentasikan kerangka teknis yang berfokus pada:
- Pendekatan Berpusat pada Pasien: Memberikan layanan yang memahami kebutuhan kesehatan fisik, emosional, dan sosial pasien.
- Integrasi dalam Perbaikan Mutu Fasilitas: Mengintegrasikan program pengurangan stigma ke dalam sistem perbaikan mutu di fasilitas kesehatan.
- Pendekatan Struktural dan Sistemik: Melibatkan pemimpin kesehatan dan komunitas dalam menciptakan solusi berbasis data.
Studi Kasus dan Praktik Terbaik
- Tanzania: Bernard Ogwang memaparkan bagaimana negara tersebut mengatasi retorika anti-LGBTQ+ melalui kolaborasi dengan pemerintah, pelatihan tenaga kesehatan, dan advokasi berbasis komunitas.
- Thailand: Niorn Ariyothai menjelaskan pendekatan “3 by 4” yang melibatkan tingkat individu, struktural, dan komunitas dalam mengurangi stigma. Program ini kini menjadi model nasional setelah 10 tahun implementasi.
- Lebanon: Nadia Badran berbagi pengalaman dalam mengintegrasikan prinsip anti-stigma ke dalam kode etik profesi kesehatan, seperti perawat, bidan, dan pekerja sosial.
- Kenya: Emish Ondiek memimpin proyek High 5 for HIV, melatih mahasiswa kesehatan untuk memberikan layanan bebas stigma. Pendekatan ini fokus pada pembangunan empati dan keterampilan interaksi komunitas.
Kata Penutup dan Refleksi
Alexandrina Iovita dari Global Fund menggarisbawahi bahwa pengurangan stigma adalah jalan menuju keadilan kesehatan global. Ia menyerukan dukungan kebijakan, pelatihan, serta pendanaan yang berkelanjutan untuk memastikan hak-hak kelompok rentan terlindungi.
Kesimpulan
Webinar ini menegaskan bahwa stigma dan diskriminasi dalam layanan kesehatan bukan hanya dapat diukur, tetapi juga dapat diubah. Dengan kolaborasi global, investasi berkelanjutan, dan fokus pada solusi berbasis bukti, stigma dapat ditekan, dan akses kesehatan yang lebih setara dapat terwujud.