Posyandu Kenanga: Dedikasi dan Tantangan di Dusun Palangkai

Pada Sabtu, 18 Januari 2025, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas, Bapak Jum’atil Fajar, melakukan kunjungan tidak resmi ke Dusun Palangkai di Desa Banama. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyempatkan diri berbincang dengan warga setempat, termasuk pemilik warung yang menceritakan kebiasaannya membawa anaknya ke Posyandu Kenanga di dekat Handil Pamitai dan mengakses pelayanan kesehatan di Pustu Banama.

Posyandu Kenanga, yang berada dekat Langgar Darul Aman, ternyata bertempat di rumah orang tua salah satu kadernya. Meskipun kader tersebut sedang tidak berada di rumah, Bapak Jum’atil diarahkan untuk menemui Ibu Muslikah, kader posyandu senior yang tinggal di seberang handil.

Ibu Muslikah telah mengabdikan dirinya sebagai kader posyandu dengan motivasi yang kuat untuk menginspirasi generasi muda. Sebagai ibu rumah tangga yang juga membantu suaminya bertani, beliau tetap berdedikasi menjalankan tugasnya. Sebagai bentuk penghargaan, beliau menerima honor sebesar 300 ribu rupiah per bulan dari pihak desa.

Setiap bulan, sekitar 30-40 balita dari total 52 balita di wilayah tersebut rutin mengunjungi Posyandu Kenanga. Ketidakhadiran balita lainnya biasanya disebabkan oleh mereka yang sedang bepergian keluar kampung.

Namun, Posyandu Kenanga masih belum menerapkan konsep Posyandu Integrasi Layanan Primer (ILP). Ibu Muslikah menjelaskan bahwa mulai bulan depan, posyandu ini akan mengintegrasikan pelayanan balita dengan Pos Binaan Terpadu (Posbindu). Hal ini tentu menjadi langkah besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Sayangnya, banyak kader Posbindu yang memilih mundur karena honor yang hanya sebesar 100 ribu rupiah per bulan, meskipun mereka diharapkan melayani dua kali dalam sebulan: di kantor desa dan di Posyandu Kenanga untuk mendukung implementasi ILP.

Melalui kunjungan ini, Bapak Jum’atil tidak hanya memahami kondisi di lapangan, tetapi juga menyaksikan semangat luar biasa dari kader seperti Ibu Muslikah. Semangat ini menjadi aset berharga bagi pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah pedesaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *