Pada 21 Oktober 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas menggelar Exit Meeting di Aula Dinas Kesehatan, yang dihadiri oleh perwakilan dari RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmojo, puskesmas-puskesmas di wilayah tersebut, Labkesda, serta petugas dinas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program SIHREN, SOPHI, dan InPULS. Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam membahas hasil Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang dilakukan terkait kesiapan daerah dalam menerima dan memanfaatkan alat kesehatan yang telah didistribusikan.
Hasil evaluasi menyoroti sejumlah hal krusial, salah satunya adalah perbedaan pencatatan alat kesehatan antara sistem ASPAK (Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan) dan data di lapangan. Beberapa alat kesehatan, seperti USG Doppler dan ventilator non-invasif, ditemukan di lapangan namun belum tercatat di sistem ASPAK. Hal ini menimbulkan risiko terjadinya duplikasi pengadaan atau kekurangan alat di beberapa fasilitas.
Selain itu, kesiapan sarana dan prasarana juga menjadi sorotan. Beberapa gedung, seperti Cath Lab dan ruang mamografi, masih dalam tahap pembangunan. Proyek ini diharapkan rampung pada akhir tahun 2024 untuk mendukung penggunaan alat kesehatan yang sudah didistribusikan. Kendala ini mengindikasikan pentingnya penyelesaian pembangunan tepat waktu agar alat-alat tersebut dapat segera digunakan oleh masyarakat.
Sementara itu, ketersediaan tenaga kesehatan terlatih masih menjadi tantangan besar, terutama dalam mengoperasikan alat-alat canggih seperti CT Scan dan ventilator. Tenaga kesehatan yang dibutuhkan, seperti dokter spesialis radiologi dan perawat bersertifikat, saat ini masih terbatas. Dalam exit meeting, direkomendasikan adanya percepatan pelatihan tenaga kesehatan dan rekrutmen melalui jalur CPNS atau PPPK untuk memenuhi kebutuhan ini.
Data yang tidak akurat menjadi salah satu tantangan terbesar dalam proses distribusi alat kesehatan. ASPAK sebagai sistem utama dalam pencatatan sarana prasarana dan alat kesehatan harus terus diperbarui agar mencerminkan kondisi aktual di lapangan. Jika tidak, hal ini bisa menyebabkan pengadaan alat yang tidak sesuai dengan kebutuhan, atau bahkan pemborosan akibat pengadaan alat yang sudah tersedia.
Selain itu, pertemuan ini juga membahas bagaimana alokasi anggaran untuk pengadaan alat kesehatan harus sesuai dengan prioritas dan urgensi daerah. Beberapa alat yang usulannya sudah disetujui namun belum siap diterima akan ditunda hingga sarana dan prasarana di daerah benar-benar siap. Hal ini untuk menghindari alat-alat tersebut rusak karena tidak segera digunakan.
Hasil monev yang dipresentasikan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menekankan pentingnya koordinasi antar lembaga untuk memastikan bahwa program SIHREN, SOPHI, dan InPULS dapat berjalan dengan lancar. Setiap daerah memiliki tantangan yang berbeda, namun dengan pemantauan yang intensif dan perencanaan yang matang, diharapkan program ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan layanan kesehatan di Kabupaten Kapuas.
Melalui exit meeting ini, diharapkan seluruh pemangku kepentingan di Kapuas dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Pemerintah daerah, rumah sakit, puskesmas, dan Labkesda diharapkan dapat bersinergi dalam mempercepat penyelesaian pembangunan infrastruktur, memutakhirkan data ASPAK, serta mempersiapkan SDM yang kompeten. Kolaborasi yang baik antar berbagai pihak diharapkan dapat memastikan bahwa alat-alat kesehatan yang telah diadakan dapat dimanfaatkan secara optimal dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Kabupaten Kapuas.