Pada hari Kamis, 3 Oktober 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Labkesmas Tier 1 yang berlangsung di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Tingkat 4 Banjar Baru dan melibatkan perwakilan dari 20 Puskesmas di Kabupaten Kapuas. Tujuan utama dari FGD ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh laboratorium di masing-masing Puskesmas serta mencari solusi untuk meningkatkan pelayanan laboratorium di tingkat pertama (Tier 1).
Pengantar dan Agenda Diskusi
Kegiatan dimulai dengan pengantar dari Bapak Bambang, Pj. Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kabupaten Kapuas, yang juga menjadi Labkesmas Tier 2. Acara secara resmi dibuka oleh Bapak Jum’atil Fajar, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas, yang menekankan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan laboratorium sebagai bagian dari transformasi sistem kesehatan. Ibu Sri Wahyuni dari Labkesmas Banjar Baru menyampaikan paparan utama yang menyoroti Kebijakan Laboratorium Kesehatan Masyarakat.
Bapak Rasyid Ridha kemudian memimpin FGD yang bertujuan menggali lebih dalam permasalahan yang dihadapi Puskesmas terkait laboratorium, mulai dari sumber daya manusia, fasilitas, hingga pemenuhan standar laboratorium. Sebelum kegiatan dimulai, peserta FGD telah diminta untuk mengisi formulir Google Form terkait sumber daya manusia, pelayanan laboratorium, peningkatan kapasitas, penjaminan mutu, serta pengelolaan data laboratorium.
Diskusi semakin kaya dengan masukan dari Bapak Roy dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, dr. Lestari, Sp.PK dari Labkesda dan Kalibrasi Provinsi Kalimantan Tengah, serta dr. Citra dari Balai Besar Labkesmas Banjarbaru. Mereka memberikan perspektif tentang pentingnya kolaborasi antara Puskesmas dan Labkesda, serta peran penting laboratorium dalam sistem kesehatan masyarakat.
Hasil FGD: Masalah yang Dihadapi oleh Puskesmas
Setiap Puskesmas menghadapi tantangan yang berbeda, namun secara umum, beberapa masalah utama yang muncul adalah sebagai berikut:
- Keterbatasan Ruangan dan Fasilitas
Banyak Puskesmas melaporkan bahwa ruangan laboratorium terlalu kecil dan tidak memenuhi standar operasional. Contohnya, Puskesmas Basarang tidak bisa memperluas ruang laboratorium karena tanahnya bermasalah, dan ruangan laboratorium Puskesmas Mandomai bahkan lebih kecil dari toilet. - Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
Beberapa Puskesmas, seperti Puskesmas Sei Tatas, tidak memiliki tenaga analis laboratorium, dan hanya perawat yang bertugas melakukan pemeriksaan dasar. Puskesmas Tamban Catur mengalami masalah SDM karena analis yang bertanggung jawab sudah tidak lagi bekerja, menyebabkan alat-alat tidak dapat dioperasikan. - Pengelolaan dan Ketersediaan Alat yang Tidak Optimal
Di beberapa Puskesmas, alat-alat laboratorium seperti hematologi analyzer dan fotometer tidak digunakan karena reagen yang mahal atau kadaluarsa. Puskesmas Terusan Tengah dan Puskesmas Melati melaporkan bahwa mereka memiliki alat laboratorium yang memadai, tetapi tidak ada tenaga ahli untuk menggunakannya atau ruangan tidak mendukung operasional alat tersebut. - Pembiayaan Reagen dan BMHP
Banyak Puskesmas yang kesulitan memenuhi kebutuhan reagen dan barang medis habis pakai (BMHP). Puskesmas Dadahup dan Puskesmas Selat melaporkan bahwa alat laboratorium sudah ada, tetapi tidak dapat digunakan karena tidak tersedia reagen atau BMHP yang diperlukan. - Keterbatasan Penggunaan Teknologi Mikroskop
Di Puskesmas Palingkau, mikroskop hanya digunakan untuk pemeriksaan TB dan malaria, sementara potensi penggunaannya untuk pemeriksaan lain seperti parasit dan darah tidak dimaksimalkan.
Solusi dan Rekomendasi
Dari hasil diskusi, beberapa solusi dan rekomendasi diusulkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan laboratorium di Puskesmas, antara lain:
- Peningkatan Kapasitas SDM
Pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga laboratorium di Puskesmas sangat diperlukan. Puskesmas yang kekurangan tenaga analis dapat melakukan On-the-Job Training (OJT) dengan Puskesmas yang memiliki fasilitas lebih lengkap atau melakukan peningkatan kapasitas melalui pelatihan internal maupun eksternal. - Optimalisasi Penggunaan Alat yang Ada
Puskesmas yang telah memiliki alat laboratorium perlu didorong untuk segera memanfaatkannya. Pengadaan AC, meja permanen, dan fasilitas pendukung lainnya harus menjadi prioritas, terutama di Puskesmas yang sudah menerima alat tetapi belum bisa menggunakannya, seperti di Puskesmas Basarang. - Pemenuhan Reagen dan BMHP
Diperlukan perencanaan yang lebih baik untuk pengadaan reagen dan BMHP agar pelayanan laboratorium tidak terhambat. Puskesmas Terusan Tengah dan Puskesmas Tamban Catur melaporkan kesulitan dalam pengadaan reagen yang menyebabkan alat-alat mereka tidak digunakan. Sistem inventaris yang lebih baik untuk reagen dan BMHP juga disarankan. - Kolaborasi dan Integrasi dengan Labkesda dan Labkesmas Tier 2
Puskesmas perlu memanfaatkan jaringan Labkesda (Tier 2) untuk pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas. Misalnya, Puskesmas Selat yang sering merujuk spesimen ke Labkesda Banjar Baru harus memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penyediaan reagen dan pemeliharaan alat.
Penutup
Kegiatan FGD Labkesmas Tier 1 ini memberikan gambaran nyata tentang permasalahan yang dihadapi oleh laboratorium di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Dengan pemetaan masalah yang jelas dan solusi yang terarah, diharapkan kualitas pelayanan laboratorium di Puskesmas Kabupaten Kapuas dapat ditingkatkan secara signifikan. Hal ini juga akan mendukung upaya transformasi sistem kesehatan di Indonesia, terutama dalam memperkuat layanan primer dan ketahanan kesehatan di tingkat daerah.
FGD ini diakhiri dengan pengambilan foto bersama dan komitmen dari seluruh peserta untuk terus bekerja sama dalam meningkatkan pelayanan laboratorium di Kabupaten Kapuas.